Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Karena Hidup Bukanlah Sebuah Kompetisi

Gambar
" When you compare yourself to other people, you will either feel arrogant or defeated. Either way, you lose. Don't get stuck in the comparison trap."   ( Dave Willis) Dunia mengajarkan pada kita untuk selalu menjadi yang terbaik. Kalau bisa yang terdepan. Sebenarnya hal ini tidak salah. Namun hal ini menjadi tidak tepat, jika pada akhirnya kita menjadi lebih fokus pada pencapaian orang lain.  Ya, kita merasa harus selalu membandingkan apa yang telah dipunyai orang lain, dan apa yang kita belum miliki. Kalau rekan kita membeli perhiasan baru, harusnya kita juga bisa dong. Kalau bisa yang lebih bagus. Kalau tetangga bisa membeli mobil baru, kenapa kita tidak bisa. Nyicil ga apa-apa deh. Yang penting gengsinya dapat.  Kalau teman kita yang tampang pas-pas an saja bisa dapat pasangan, harusnya kita yang lebih kece juga bisa dong. Dan masih banyak lagi "kalau" yang lain. Ironis, bahwa kita mencari pengakuan dan penerimaan orang lain. Padahal sejatinya
Gambar
Don’t be rush. Kata-kata ini sungguh-sungguh menjadi peringatan yang powerful bagi setiap orang yang sedang hidup dalam penantian. Penantian akan kehidupan yang lebih baik. Penantian akan pemulihan. Penantian akan janji-janji Allah dalam hidup kita. “Tapi sabar kan ada batasnya. Mau berapa lama lagi saya harus bersabar? Kurang panjangkah waktu yang saya habiskan untuk penantian saya?” Well, mungkin kalimat inilah yang sering diucapkan oleh kita saat dalam fase penantian. Kita berdoa supaya kita diberi kesabaran dalam menanti. Namun pada faktanya seringkali kita protes saat kita merasa “delivery” dari Tuhan kog ga nyampai-nyampai. Alih-alih bersabar, kita seringkali menjadi Tuhan atas hidup kita. Ya, kita mengambil alih kemudi dengan paksa. Kita langsung in action . Memaksa supaya Tuhan setuju dengan kehendak dan mau kita. Memaksa supaya Tuhan lekas mengabulkan keinginan kita….sehingga kita bebas melenggang sambil membawa bendera bertuliskan “yeayyy..it’s over!”