Karena Hidup Bukanlah Sebuah Kompetisi

" When you compare yourself to other people, you will either feel arrogant or defeated. Either way, you lose. Don't get stuck in the comparison trap."   ( Dave Willis)

Dunia mengajarkan pada kita untuk selalu menjadi yang terbaik. Kalau bisa yang terdepan.
Sebenarnya hal ini tidak salah. Namun hal ini menjadi tidak tepat, jika pada akhirnya kita menjadi lebih fokus pada pencapaian orang lain.
 Ya, kita merasa harus selalu membandingkan apa yang telah dipunyai orang lain, dan apa yang kita belum miliki.

Kalau rekan kita membeli perhiasan baru, harusnya kita juga bisa dong. Kalau bisa yang lebih bagus.
Kalau tetangga bisa membeli mobil baru, kenapa kita tidak bisa. Nyicil ga apa-apa deh. Yang penting gengsinya dapat.
 Kalau teman kita yang tampang pas-pas an saja bisa dapat pasangan, harusnya kita yang lebih kece juga bisa dong.
Dan masih banyak lagi "kalau" yang lain.

Ironis, bahwa kita mencari pengakuan dan penerimaan orang lain. Padahal sejatinya kita belum dapat menerima diri kita sendiri. Kita belum dapat berdamai dengan kondisi kita. Kita sering membenci diri kita sendiri saat  kita gagal mencapai apa yang kita inginkan.
Tidak ada toleransi bagi kegagalan.
Kita merasa tertekan saat melihat orang lain lebih berhasil dan lebih bahagia. Akibatnya, hidup kita ditentukan oleh pencapaian orang lain. Kita terperangkap pada jeratan degree of comparison.

Pertanyaan berikutnya adalah, bisakah kita menerima keberadaan orang lain-- apabila kita sendiri kesulitan menerima keberadaan diri kita sendiri?
Padahal jelas kita mendengar firman "Kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri."



Ya, kita perlu menyadari bahwa langkah pertama untuk menikmati hidup adalah mencintai diri kita sendiri. Cintai bentuk tubuhmu.
Cintai warna kulitmu.
Cintai pekerjaanmu.
Cintai keluargamu.
Cintai kekuranganmu. Karena dalam kekuranganmu, kamu sejatinya menemukan penolong-penolong yang telah disediakan Tuhan untukmu.
Belajar berbahagia dan bersyukur atas apa yang kamu miliki sekarang ini.
Ingatlah bahwa hati yang gembira adalah obat bagi setiap situasi. Termasuk situasi yang menekan pikiran dan perasanmu.

Ingatlah bahwa kamu bukan produk abal-abal. God has something great in His store for you.
Dia sudah merancangmu sedemikian indah, bahkan sebelum kamu dilahirkan.
Belajarlah ikut berbahagia atas keberhasilan orang lain. Karena pada akhirnya pun akan ada waktumu untuk meraih keberhasilan.
Hidup bukanlah sekedar kompetisi untuk melihat, siapa yang paling banyak mencapai keberhasilan. Hidup bukan sekedar kompetisi untuk adu kehebatan. Hidup pada dasarnya adalah untuk berbagi dan belajar.

Semoga kita semakin menyadari nilai kita di mata Tuhan, dan percaya bahwa lebih penting finishing well serta finishing strong.
Glory to God!


Semarang, 28 Februari 2017
*) because we are precious





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Usia 30 : Awal Indah Sebuah Kehidupan

Di Balik Arti Tanda Tanya